Jumat, 14 Juni 2013

Pengalaman Pertama Menjadi Ibu



ini adalah kisahku, pengalaman pertama menjadi seorang ibu, dengan segala kebodohanku, ketidak mampuanku, aku ingin berbagi semoga tidak ada ibu-ibu muda lain yang menjadi sama sepertiku.


Siapa sih yang tidak ingin bahagia??? Begitu juga denganku, saat ini kebahagiaan terbesarku adalah saat melihat malaikat kecilku tertawa bahagia, semua ibu di dunia pasti ingin yg terbaik untuk anaknya, walau entah bagaimana caranya terkadang tak semua orang memahaminya. 





Bagiku memberikan asi adalah prioritas bagi sikecil, walau perjuangannya tak semudah bayanganku dulu, bagi ibu awam sepertiku ini, memberi asi adalah sebuah perjuangan di medan perang, bagai makan buah simalakama atau apapunlah istilah yg bisa menggambarkan betapa sulitnya perjuangan ngasi, bukan karena mesti ngirit untuk biaya susu formula yang lumayan mahal, bukan aku tidak percaya susu formula dengan segala nutrisi dan kebaikannya, tapi karena aku cinta bayi kecilku, ia adalah anakku darah dagingku bukan anak sapi yg harus minum susu sapi kemasan yg ingin aku besarkan hingga ia menjadi anak sehat dengan pemikiran hebat.

Tak pernah terbayangkan... Harus menjalani hari hari melelahkan sepanjang malam hampir tanpa tidur, memangku bayiku berjam jam sambil menahan sakitnya jahitan setelah melahirkan, menahan tangis karena sakitnya payudara yang bengkak dengan puting yang terluka bahkan berdarah, menahan emosi yang membuncah karena dilarang makan ini itu, tiap hari selalu satu menu yang sama sayur bening katuk, lauk tempe tahu. Bukan karena sulitnya uang untuk sekedar membeli ikan atau ayam tapi karena aku hanya mengikuti keinginan orang tua yang selalu mengatur semua kegiatanku ini dan itu. Hampir setiap malam selalu dijam yang sama pukul 21.00 wib sampai 03.00 pagi bayiku terjaga, maunya nyusu dan digendong, jika diletakkan ia akan mulai menangis. Beruntungnya aku masih memiliki suami yang setia menemani, selalunya dia yang kebagian jatah menggendong. Hingga pernah suatu malam sikecil mulai menangis karena lapar, suamiku lantas menyerahkannya kembali padaku, "lho, kan baru nyusu tadi, belum ada 2 jam kok" ujarku, karena masih selalu kuingat perkataan perawat sebelum kami pulang dari rumah sakit tempatku bersalin. "harus disusui ya buk minimal setiap 2 jam, kalau tidur harus dibangunkan, jangan sampai dehidrasi, nanti bisa jadi sakit kuning", katanya mengingatkan. Tapi bayiku baru nyusu setengah jam, yak setengah jam! Yg lalu dengan lama waktu hampir 2 jam tak mau lepas dari nenen. Lagi - lagi dengan menahan rasa sakit kupangku bayi mungilku, jika sudah pukul 03 pagi ia tak kunjung diam dan rasa kantuk plus lelah yang sangat menyergap tubuhku dengan sedikit kesal aku berkata, "sudahlah mas, buatkan susu formula aja, adek capek!", lantas mengambil selimut sambil tetap menahan sakit karena aku tak diperbolehkan ibuku tidur berbaring, tapi harus tidur dengan duduk, katanya nanti bisa bongkok, kebayangkan sakitnya. Di dalam selimut terkadang aku menangis diam diam, menyadari betapa tak berdayanya aku, betapa tak bergunanya aku, betapa tak siapnya aku mengahadapi ini, karena setelah tau bayiku langsung tertidur lelap jika diberi susu formula, aku bertanya tanya, apa karena susu ku tidak keluar atau kurang banyak hingga ia tak cukup puas hanya dengan meminum asiku.

Pernah suatu hari tubuhku panas meriang sakitnya semua badan karena payudara yg bengkak, setelah ke dokter ia menyarankan untuk di pompa karena putingku yang luka berdarah jika terus diminumkan ke bayi akan terus sakit dan susah untuk sembuh putingnya, akhirnya aku membeli pompa asi dan memulai perjuangan memompa asi setiap hari. Hari pertama itu lumayan asiku keluar cukup banyak 120an ml, aku bahagia sekali karena pikiranku tentang asiku yang sedikit ternyata salah. Aku berfikir dengan dipompa mungkin malam hari akan lebih banyak waktuku untuk bisa tidur karena stok asi disiang hari, tapi ternyata hari2 penderitaan berikutnya dimulai, aku memompa asi hasilnya hanya 30an ml sedangkan bayiku sudah menangis kelaparan. 30ml tidak cukup! Al hasil harus ditambah susu formula, sedihnya aku. Biasanya dengan menyusui langsung aku hanya memberikan 2 kali susu formula sehari, 1x60ml malam hari dan 1x di siang hari. Tapi dengan asi yang di pompa pemberian susu formula jadi lebih banyak 2 kali lipat. Setiap hari saat sikecil tidur aku akan memompa asi walau sudah dipompa selama 2jam asi tersebut akan langsung ludes dalam waktu kurang dari 5menit beruntung kalau bayiku langsung tertidur, jika ia masih menangis aku terpaksa menambahkan susu formula lagi, sedihnya aku, keinginan untuk memberi asi eksklusif sepertinya tinggal impian. Tapi suamiku selalu menguatkanku untuk tabah..

Sepanjang pagi menjelang siang bayiku selalunya tidur, hanya meringik sesaat untuk minum susu. Celakanya orangtuaku melarangku tidur dipagi hari katanya darah putih naik ke kepala dan hanya boleh tidur disiang hari, sedangkan si kecil mulai terbangun disiang hari sampai menjelang sore ia akan minta gendong lagi, rasanya capek sekali, tapi beruntungnya aku ada suami yg mau menggendongnya padahal aku kasihan dengannya, malam juga menggendong si kecil pagi dia masih mencuci semua bajuku dan bayi kami, karena menurut adat ibuku yang wajib menyuci baju sehabis melahirkan itu adalah pihak suami, bukan orang tua/ pihak ibu, begitu katanya. Aku hanya bisa mengasihinya dalam diam, karena untuk membantunya pun aku belum bisa, jangankan mencuci, berjalan saja rasanya sakit..

Sebagai ibu baru setiap hari kujalani dengan rasa was was, karena jika terjadi hal sekecil apapun dengan si kecil ibuku akan panik dan berteriak kepadaku dan mulai menyalahkan aku. Pernah suatu hari sikecil terus menangis walau sudah diberi asi akhirnya kuberikan susu formula tapi setelah itu bayiku muntah banyak sekali tidak hanya dari mulut tapi juga dari hidungnya terang saja aku panik dan ibuku mulai menyalahkanku. Kami hampir membawanya ke bidan tapi melihat reaksi bayiku yang malah lebih tenang sampai ia tertidur setelah muntah itu kami urung pergi. Karena bingung akupun mulai searching2 diinternet, ternyata bayi muntah itu terkadang wajar hanya saja jika setelah minum susu harus disendawakan dulu karena di dalam perutnya banyak berisi gas, cara mengeluarkannya bisa ditepuk tepuk pundak atau didudukkan sampai ia sendawa, esoknya aku praktikkan teori itu melihat itu ibuku mulai histeris katanya bayi tidak boleh didudukkan nanti susah pipis atau bab, suamiku dan akupun mulai bingung apa yang harus kami lakukan. Tapi setelah kejadian itu bayiku jadi semakin sering muntah, terutama jika minum susu formula dibotol sambil tidur, jadi aku memutuskan untuk memberikan asi langsung lagi tanpa dipompa walau masih terasa sakit aku harus siap menahannya karena aku merasa asiku semakin hari semakin sedikit hasil pompa yg didapat. Saat sikecil mulai kehausan aku pangku seperti biasa untuk memberinya asi ternyata dia malah menangis menolak nenen langsung dia lebih suka minum dari botol, aku bingung dan mulai searching lagi, rupanya bayiku kena yang namanya bingung puting dimana dia jadi susah membedakan puting susu yang asli dan dia lebih memilih ngedot ketimbang nyusu. Selama 3 hari bayiku bingung puting untungnya aku mengikuti petunjuk diwebsite yang menyarankan untuk tetap memberinya nenen jangan menggunakan dot walau harus ekstra sabar dan telaten karena sikecil sudah pasti berontak dan menangis, alhamdulillah sekarang dia sudah mau nenen lagi. Dan aku masih punya masalah "asi yang tidak cukup", walau setiap hari sudah makan sayur katuk, walau sudah minum jus pare, walah sudah minum jus daun pepaya sampai meminum obat asiv*t yang dibeli suamiku di sakah satu toko obat terkenal, tapi toh nyatanya sikecil masih kurang puas, aku terkadang chat teman2 yang sudah berpengalaman memiki anak bagaimana dengan pengalaman awal mereka, sebagian besar kisah yang hampir sama sehingga menguatkan aku dan membuatku lebih teng sekarang, hingga suatu hari aku chat salah satu teman via bbm tentang asi dan dia bercerita anaknya juga diberi susu formula,, hhhhhh... Membuatku lemah dan berfikir impianku semakin jauh untuk bisa asi eksklusif, dia juga bercerita sempat kaget dengan teman kantornya yang sekali mompa bisa dapat 300an ml, wooow 300ml! Aku untuk dapat 60ml aja rasanya ngos ngosan, bagaimana bisa! Ia melanjutkan rupanya temannya itu minum asi booster ia hanya memberi tahu tapi tidak menyarankan karena dia sendiri masih mesangsikan apa boleh pakai asi booster mungkin dari segi kuantitas asi baik tapi apakah asi yang dihasilkan berkualitas?? Aku masih ingat dia bilang semua ibu pasti ingin yang terbaik ingin kasih asi yang terbaik tapi jika tidak bisa asi ya harus kasih solusi dengan susu formula, kan susu formula juga sudah melalui penelitian tinggi dan bagus juga kandungannya, banyak juga anak yg sehat hanya dengan susu formula begitu katanya. Iya aku tidak menyalahkan asumsinya tapi aku juga punya asumsiku sendiri dan aku tetap yakin sebaik dan semahal apapun susu formula asi tetaplah yang terbaik, akhirnya aku mulai searching diintenet tentang asi booster, ternyata banyak yang bahannya benar-benar herbal alami salah satu produknya adalah teh asi booster, lactasip, dan mama soya semua rata2 bahannya hampir sama dari biji funeegrek, habatussaudah dll akhirnya aku mantap untuk beli teh asi booster di salah satu media sosial dan di website jual beli online.


 
Aku menceritakan niatku dan ibuku langsung menyambutnya, hampir setiap hari dia akan bertanya kapan asi boosternya sampai hingga aku geli sendiri. Setelah menunggu kurang lebih 1 minggu teh asi booster sampai. Aku mengikuti petunjuk di toplesnya, ternyata caranya cukup mudah hanya tinggal direbus tunggu hingga 3 jam baru disaring dan diminum, boleh ditambah gula atau madu, untuk yang mama soya lebih mudah lagi tinggal kasih air digelas seperti membuat susu biasa namun rasanya agak hambar memang. Setelah hampir 1minggu aku minum itu, jika.di pompa memang tidak terlalu kelihatan masih sekitar 30-50ml sekali pompa tapi aku bahagianya baby fawaz tidak rewel lagi, sehabis nenen asi dia jarang nangis, rasa rasanya dia sudah cukup asi. Alhamdulillah aku brsyukur tidak terus berputus asa untuk memberikan asi ekslusif untuk bayiku.

Sekarang baby fawaz sudah berumur hampir 4 bulan, badannya gemuk menggemaskan beratnya sudah 7kgan, dan hanya m inum asiku, bahkan stok asiperah dikulkas sudah penuh menumpuk, aku tak perlu khawatir ia akan kekurangan asi lagi apalagi aku sudah mulai bekerja kembali, saat pagi hari bayiku diasuh oleh abang sepupuku, ia dan istrinya yang meminta izin dan bersedia merawat bayi kami. Karena saat itu kami sekeluarga sempat bingung siapa yang akan merawat sikecil, karena kami semua sekeluarga bekerja, alhamdulillah, allah maha adil dengan segala rencananya, kita hanya cukup bertawakal, berdoa, berusaha dan bersabar.
Aku jadi teringat betapa kesabaran kami begitu diuji saat hampir 3tahun aku baru mendapatkan bayi kecil yang kami nanti-nanti, proses kelahirannya pun tidak terbilang mudah, saat aku sudah bukaan 3 aku tidak merasa sakit sama sekali hanya sedikit panik karena ada bercak darah, malam itu juga aku diantar suamiku ke bidan, "sudah bukaan 3 bu, ibu pulang dulu nanti kalau sakit baru kesini lagi", ujarnya. Tapi sampai pagi tiba aku tak merasakan sakit, hingga menjelang sore hanya sedikit mulas, akhirnya suamiku memutuskan kami akan kebidan lagi sore nanti. Sesampainya disana aku langsung diperiksa. "bu ini sudah bukaan 6!", aku kaget suamiku langsung disuruh pulang mengambil semua peralatan. Akhirnya aku bersiap2 melahirkan, selepas isya rasa sakit yang datang mulai mendera, suami masih setia menggenggam tanganku sambil berkata, "tarik nafas, hhhhh, buang nafas hufff..." terlihat tenang walau sebenarnya jelas ia panik dan merasa kasihan kepadaku karena rasa sakit yang kian membuncah. Hingga akhirnya pukul 22.00 wib bidan kembali memeriksa kondisiku, "wah ini sudah bukaan 10, kita mulai ya", katanya lembut aku disuruh mengedan, aku mengerahkan seluruh kekuatanku rasanya, tapi hingga hampir 2jam mengejan bayiku tak kunjung keluar, bahkan dengan bantuan 3 asisten bidan itu membantu mendorong dari atas perutku tapi bayiku tak mau keluar juga, ya allah, bantu aku. Karena aku panik sehingga kesulitan menghirup oksigen dengan tepat membuat detak jantung bayiku semakin melemah. Bidan berbincang dengan keluarga yang menungguku, aku harus dirujuk ke rumah sakit. Suami dan ibuku langsung mengiakan. Sesampainya disana aku langsung dibawa ke ugd, rasanya pikiranku sudah melayang-layang dengan semua rasa sakit itu aku sudah tidak memikirkan apapun lagi bahkan tubuhkan yang setengah telanjang digeret di atas bed stroller dan ibuku yang menangis setengah berteriak sampai semua orang di rumah sakit itu memperhatikan kami, akupun sudah tak memusingkannya.
Saat itu tepat pukul 24.00 wib, sesampainya di ugd aku dipindahkan ke meja operasi, masih dengan bantuan bidan dan perawat yang ada di sana aku kembali disuruh mengejan tapi tetap saja bayiku tak kunjung mau keluar, hingga mereka memutuskan untuk dioperasi. Semua perawat sibuk, ada yang mengurus administrasi bersama ibuku, menyiapkan meja operasi untukku dan yang seorang lagi sibuk menelepon dokter kandunganku. Aku sudah pasrah dan menangis kesakitan, ya allah jika memang ini yang terbaik walau aku sudah berupaya menginginkan bayiku lahir normal, entah mengapa aku membayangkan bagaimana jika bayiku lahir normal ya, bahagianya. Sayup sayup aku mendengar dokter tiba di depan ruang operasi, detik itu juga kurasakan kesakitan luar biasa dan dengan sisa sisa tenaga yang kumiliki aku mengejan sekeras mungikin dan sruuuut kurasakan ada yang hangat meluncur dari selangkanganku, bayiku lahir normal tanpa didampingi siapapun alhamdulillah! Perawat yang sedari tadi sibuk modar mandir lantas berteriak "eh sudah lahir! Udah lahir nih!". Rasanya lega, lemas & bahagia. Tapi mendadak aku cemas karena bayiku tak bersuara, walau bayiku sudah diletakkan diatas dadaku untuk dilakukan imd (inisiasi menyusui dini) bayiku tak kunjung bergerak, akhirnya perawat segera membawanya aku tak melihatnya lagi tapi selang berapa detik aku mendengar suara tangis bayi, bayiku menangis tanpa terasa air mataku menbanjiri wajah ini, suamiku menghampiri, "bagaimana mas dedeknya?" tanyaku tak sabaran, "alhamdulillah sehat lengkap, ganteng, laki-laki, putih," katanya bahagia sembari mengambil segala perlengkapan bayi. Karena proses kelahiran bayi yang agak lama sehingga bayi jado stress didalam kandungan sampai air.ketubah sudah berwatna keruh, bayiku dibawa keruang khusus bayi, ia didalam inkubator. Hanya orangtuanya yang diizinkan masuk pada jam2 tertentu
Aku rasa semua ibu pasti memiliki pengalamannya masing-masing, dan semuanya luar biasa, penuh pengorbanan, isak tangis dan kebahagiaan. Kita hanya perlu berdoa, bersabar dan berusaha sebaik mungkin. Terimakasih bagi pembaca sekalian, semoga cerita pengalaman saya yang penuh dengan kebodohan sehingga banyak hal yang masih harus dipelajari menjadi bekal dan bermanfaat bagi anda semua