Siapa sih yang tidak ingin bahagia??? Begitu
juga denganku, saat ini kebahagiaan terbesarku adalah saat melihat malaikat
kecilku tertawa bahagia, semua ibu di dunia pasti ingin yg terbaik untuk
anaknya, walau entah bagaimana caranya terkadang tak semua orang memahaminya.
Bagiku memberikan asi adalah prioritas bagi sikecil, walau perjuangannya tak semudah bayanganku dulu, bagi ibu awam sepertiku ini, memberi asi adalah sebuah perjuangan di medan perang, bagai makan buah simalakama atau apapunlah istilah yg bisa menggambarkan betapa sulitnya perjuangan ngasi, bukan karena mesti ngirit untuk biaya susu formula yang lumayan mahal, bukan aku tidak percaya susu formula dengan segala nutrisi dan kebaikannya, tapi karena aku cinta bayi kecilku, ia adalah anakku darah dagingku bukan anak sapi yg harus minum susu sapi kemasan yg ingin aku besarkan hingga ia menjadi anak sehat dengan pemikiran hebat.
Tak pernah terbayangkan... Harus menjalani
hari hari melelahkan sepanjang malam hampir tanpa tidur, memangku bayiku berjam
jam sambil menahan sakitnya jahitan setelah melahirkan, menahan tangis karena
sakitnya payudara yang bengkak dengan puting yang terluka bahkan berdarah,
menahan emosi yang membuncah karena dilarang makan ini itu, tiap hari selalu
satu menu yang sama sayur bening katuk, lauk tempe tahu. Bukan karena sulitnya
uang untuk sekedar membeli ikan atau ayam tapi karena aku hanya mengikuti
keinginan orang tua yang selalu mengatur semua kegiatanku ini dan itu. Hampir
setiap malam selalu dijam yang sama pukul 21.00 wib sampai 03.00 pagi bayiku
terjaga, maunya nyusu dan digendong, jika diletakkan ia akan mulai menangis.
Beruntungnya aku masih memiliki suami yang setia menemani, selalunya dia yang
kebagian jatah menggendong. Hingga pernah suatu malam sikecil mulai menangis
karena lapar, suamiku lantas menyerahkannya kembali padaku, "lho, kan baru
nyusu tadi, belum ada 2 jam kok" ujarku, karena masih selalu kuingat
perkataan perawat sebelum kami pulang dari rumah sakit tempatku bersalin.
"harus disusui ya buk minimal setiap 2 jam, kalau tidur harus dibangunkan,
jangan sampai dehidrasi, nanti bisa jadi sakit kuning", katanya
mengingatkan. Tapi bayiku baru nyusu setengah jam, yak setengah jam! Yg lalu
dengan lama waktu hampir 2 jam tak mau lepas dari nenen. Lagi - lagi dengan
menahan rasa sakit kupangku bayi mungilku, jika sudah pukul 03 pagi ia tak
kunjung diam dan rasa kantuk plus lelah yang sangat menyergap tubuhku dengan
sedikit kesal aku berkata, "sudahlah mas, buatkan susu formula aja, adek
capek!", lantas mengambil selimut sambil tetap menahan sakit karena aku
tak diperbolehkan ibuku tidur berbaring, tapi harus tidur dengan duduk, katanya
nanti bisa bongkok, kebayangkan sakitnya. Di dalam selimut terkadang aku menangis
diam diam, menyadari betapa tak berdayanya aku, betapa tak bergunanya aku,
betapa tak siapnya aku mengahadapi ini, karena setelah tau bayiku langsung
tertidur lelap jika diberi susu formula, aku bertanya tanya, apa karena susu ku
tidak keluar atau kurang banyak hingga ia tak cukup puas hanya dengan meminum
asiku.
Pernah suatu hari tubuhku panas meriang
sakitnya semua badan karena payudara yg bengkak, setelah ke dokter ia
menyarankan untuk di pompa karena putingku yang luka berdarah jika terus
diminumkan ke bayi akan terus sakit dan susah untuk sembuh putingnya, akhirnya
aku membeli pompa asi dan memulai perjuangan memompa asi setiap hari. Hari
pertama itu lumayan asiku keluar cukup banyak 120an ml, aku bahagia sekali
karena pikiranku tentang asiku yang sedikit ternyata salah. Aku berfikir dengan
dipompa mungkin malam hari akan lebih banyak waktuku untuk bisa tidur karena
stok asi disiang hari, tapi ternyata hari2 penderitaan berikutnya dimulai, aku
memompa asi hasilnya hanya 30an ml sedangkan bayiku sudah menangis kelaparan.
30ml tidak cukup! Al hasil harus ditambah susu formula, sedihnya aku. Biasanya
dengan menyusui langsung aku hanya memberikan 2 kali susu formula sehari,
1x60ml malam hari dan 1x di siang hari. Tapi dengan asi yang di pompa pemberian
susu formula jadi lebih banyak 2 kali lipat. Setiap hari saat sikecil tidur aku
akan memompa asi walau sudah dipompa selama 2jam asi tersebut akan langsung
ludes dalam waktu kurang dari 5menit beruntung kalau bayiku langsung tertidur,
jika ia masih menangis aku terpaksa menambahkan susu formula lagi, sedihnya
aku, keinginan untuk memberi asi eksklusif sepertinya tinggal impian. Tapi
suamiku selalu menguatkanku untuk tabah..
Sepanjang pagi menjelang siang bayiku
selalunya tidur, hanya meringik sesaat untuk minum susu. Celakanya orangtuaku
melarangku tidur dipagi hari katanya darah putih naik ke kepala dan hanya boleh
tidur disiang hari, sedangkan si kecil mulai terbangun disiang hari sampai
menjelang sore ia akan minta gendong lagi, rasanya capek sekali, tapi beruntungnya
aku ada suami yg mau menggendongnya padahal aku kasihan dengannya, malam juga
menggendong si kecil pagi dia masih mencuci semua bajuku dan bayi kami, karena
menurut adat ibuku yang wajib menyuci baju sehabis melahirkan itu adalah pihak
suami, bukan orang tua/ pihak ibu, begitu katanya. Aku hanya bisa mengasihinya
dalam diam, karena untuk membantunya pun aku belum bisa, jangankan mencuci,
berjalan saja rasanya sakit..
Sebagai ibu baru setiap hari kujalani dengan
rasa was was, karena jika terjadi hal sekecil apapun dengan si kecil ibuku akan
panik dan berteriak kepadaku dan mulai menyalahkan aku. Pernah suatu hari
sikecil terus menangis walau sudah diberi asi akhirnya kuberikan susu formula
tapi setelah itu bayiku muntah banyak sekali tidak hanya dari mulut tapi juga
dari hidungnya terang saja aku panik dan ibuku mulai menyalahkanku. Kami hampir
membawanya ke bidan tapi melihat reaksi bayiku yang malah lebih tenang sampai
ia tertidur setelah muntah itu kami urung pergi. Karena bingung akupun mulai
searching2 diinternet, ternyata bayi muntah itu terkadang wajar hanya saja jika
setelah minum susu harus disendawakan dulu karena di dalam perutnya banyak
berisi gas, cara mengeluarkannya bisa ditepuk tepuk pundak atau didudukkan
sampai ia sendawa, esoknya aku praktikkan teori itu melihat itu ibuku mulai
histeris katanya bayi tidak boleh didudukkan nanti susah pipis atau bab,
suamiku dan akupun mulai bingung apa yang harus kami lakukan. Tapi setelah
kejadian itu bayiku jadi semakin sering muntah, terutama jika minum susu
formula dibotol sambil tidur, jadi aku memutuskan untuk memberikan asi langsung
lagi tanpa dipompa walau masih terasa sakit aku harus siap menahannya karena
aku merasa asiku semakin hari semakin sedikit hasil pompa yg didapat. Saat
sikecil mulai kehausan aku pangku seperti biasa untuk memberinya asi ternyata
dia malah menangis menolak nenen langsung dia lebih suka minum dari botol, aku
bingung dan mulai searching lagi, rupanya bayiku kena yang namanya bingung
puting dimana dia jadi susah membedakan puting susu yang asli dan dia lebih
memilih ngedot ketimbang nyusu. Selama 3 hari bayiku bingung puting untungnya
aku mengikuti petunjuk diwebsite yang menyarankan untuk tetap memberinya nenen
jangan menggunakan dot walau harus ekstra sabar dan telaten karena sikecil
sudah pasti berontak dan menangis, alhamdulillah sekarang dia sudah mau nenen
lagi. Dan aku masih punya masalah "asi yang tidak cukup", walau
setiap hari sudah makan sayur katuk, walau sudah minum jus pare, walah sudah
minum jus daun pepaya sampai meminum obat asiv*t yang dibeli suamiku di sakah
satu toko obat terkenal, tapi toh nyatanya sikecil masih kurang puas, aku
terkadang chat teman2 yang sudah berpengalaman memiki anak bagaimana dengan
pengalaman awal mereka, sebagian besar kisah yang hampir sama sehingga
menguatkan aku dan membuatku lebih teng sekarang, hingga suatu hari aku chat
salah satu teman via bbm tentang asi dan dia bercerita anaknya juga diberi susu
formula,, hhhhhh... Membuatku lemah dan berfikir impianku semakin jauh untuk
bisa asi eksklusif, dia juga bercerita sempat kaget dengan teman kantornya yang
sekali mompa bisa dapat 300an ml, wooow 300ml! Aku untuk dapat 60ml aja rasanya
ngos ngosan, bagaimana bisa! Ia melanjutkan rupanya temannya itu minum asi
booster ia hanya memberi tahu tapi tidak menyarankan karena dia sendiri masih
mesangsikan apa boleh pakai asi booster mungkin dari segi kuantitas asi baik
tapi apakah asi yang dihasilkan berkualitas?? Aku masih ingat dia bilang semua
ibu pasti ingin yang terbaik ingin kasih asi yang terbaik tapi jika tidak bisa asi ya harus
kasih solusi dengan susu formula, kan susu formula juga sudah melalui
penelitian tinggi dan bagus juga kandungannya, banyak juga anak yg sehat hanya
dengan susu formula begitu katanya. Iya aku tidak menyalahkan asumsinya tapi
aku juga punya asumsiku sendiri dan aku tetap yakin sebaik dan semahal apapun
susu formula asi tetaplah yang terbaik, akhirnya aku mulai searching diintenet
tentang asi booster, ternyata banyak yang bahannya
benar-benar herbal alami salah satu produknya adalah teh asi booster, lactasip,
dan mama soya semua rata2 bahannya hampir sama dari biji funeegrek,
habatussaudah dll akhirnya aku mantap untuk beli teh asi booster di salah satu
media sosial dan di website jual beli online.
Aku menceritakan niatku dan ibuku langsung
menyambutnya, hampir setiap hari dia akan bertanya kapan asi boosternya sampai
hingga aku geli sendiri. Setelah menunggu kurang lebih 1 minggu teh asi booster
sampai. Aku mengikuti petunjuk di toplesnya, ternyata caranya cukup mudah hanya
tinggal direbus tunggu hingga 3 jam baru disaring dan diminum, boleh ditambah
gula atau madu, untuk yang mama soya lebih mudah lagi tinggal kasih air digelas
seperti membuat susu biasa namun rasanya agak hambar memang. Setelah hampir
1minggu aku minum itu, jika.di pompa memang tidak terlalu kelihatan masih
sekitar 30-50ml sekali pompa tapi aku bahagianya baby fawaz tidak rewel lagi,
sehabis nenen asi dia jarang nangis, rasa rasanya dia sudah cukup asi.
Alhamdulillah aku brsyukur tidak terus berputus asa untuk memberikan asi
ekslusif untuk bayiku.
Sekarang baby fawaz sudah berumur hampir 4 bulan, badannya gemuk menggemaskan beratnya sudah 7kgan, dan hanya m inum asiku, bahkan stok asiperah dikulkas sudah penuh menumpuk, aku tak perlu khawatir ia akan kekurangan asi lagi apalagi aku sudah mulai bekerja kembali, saat pagi hari bayiku diasuh oleh abang sepupuku, ia dan istrinya yang meminta izin dan bersedia merawat bayi kami. Karena saat itu kami sekeluarga sempat bingung siapa yang akan merawat sikecil, karena kami semua sekeluarga bekerja, alhamdulillah, allah maha adil dengan segala rencananya, kita hanya cukup bertawakal, berdoa, berusaha dan bersabar.
Aku jadi teringat betapa kesabaran kami begitu
diuji saat hampir 3tahun aku baru mendapatkan bayi kecil yang kami nanti-nanti,
proses kelahirannya pun tidak terbilang mudah, saat aku sudah bukaan 3 aku
tidak merasa sakit sama sekali hanya sedikit panik karena ada bercak darah,
malam itu juga aku diantar suamiku ke bidan, "sudah bukaan 3 bu, ibu
pulang dulu nanti kalau sakit baru kesini lagi", ujarnya. Tapi sampai pagi
tiba aku tak merasakan sakit, hingga menjelang sore hanya sedikit mulas,
akhirnya suamiku memutuskan kami akan kebidan lagi sore nanti. Sesampainya
disana aku langsung diperiksa. "bu ini sudah bukaan 6!", aku kaget suamiku
langsung disuruh pulang mengambil semua peralatan. Akhirnya aku bersiap2
melahirkan, selepas isya rasa sakit yang datang mulai mendera, suami masih
setia menggenggam tanganku sambil berkata, "tarik nafas, hhhhh, buang
nafas hufff..." terlihat tenang walau sebenarnya jelas ia panik dan merasa
kasihan kepadaku karena rasa sakit yang kian membuncah. Hingga akhirnya pukul
22.00 wib bidan kembali memeriksa kondisiku, "wah ini sudah bukaan 10,
kita mulai ya", katanya lembut aku disuruh mengedan, aku mengerahkan
seluruh kekuatanku rasanya, tapi hingga hampir 2jam mengejan bayiku tak kunjung
keluar, bahkan dengan bantuan 3 asisten bidan itu membantu mendorong dari atas
perutku tapi bayiku tak mau keluar juga, ya allah, bantu aku. Karena aku panik
sehingga kesulitan menghirup oksigen dengan tepat membuat detak jantung bayiku
semakin melemah. Bidan berbincang dengan keluarga yang menungguku, aku harus
dirujuk ke rumah sakit. Suami dan ibuku langsung mengiakan. Sesampainya disana
aku langsung dibawa ke ugd, rasanya pikiranku sudah melayang-layang dengan
semua rasa sakit itu aku sudah tidak memikirkan apapun lagi bahkan tubuhkan
yang setengah telanjang digeret di atas bed stroller dan ibuku yang menangis
setengah berteriak sampai semua orang di rumah sakit itu memperhatikan kami,
akupun sudah tak memusingkannya.
Saat itu tepat pukul 24.00 wib, sesampainya di
ugd aku dipindahkan ke meja operasi, masih dengan bantuan bidan dan perawat
yang ada di sana aku kembali disuruh mengejan tapi tetap saja bayiku tak
kunjung mau keluar, hingga mereka memutuskan untuk dioperasi. Semua perawat
sibuk, ada yang mengurus administrasi bersama ibuku, menyiapkan meja operasi
untukku dan yang seorang lagi sibuk menelepon dokter kandunganku. Aku sudah
pasrah dan menangis kesakitan, ya allah jika memang ini yang terbaik walau aku
sudah berupaya menginginkan bayiku lahir normal, entah mengapa aku membayangkan
bagaimana jika bayiku lahir normal ya, bahagianya. Sayup sayup aku mendengar
dokter tiba di depan ruang operasi, detik itu juga kurasakan kesakitan luar
biasa dan dengan sisa sisa tenaga yang kumiliki aku mengejan sekeras mungikin
dan sruuuut kurasakan ada yang hangat meluncur dari selangkanganku, bayiku
lahir normal tanpa didampingi siapapun alhamdulillah! Perawat yang sedari tadi
sibuk modar mandir lantas berteriak "eh sudah lahir! Udah lahir
nih!". Rasanya lega, lemas & bahagia. Tapi mendadak aku cemas
karena bayiku tak bersuara, walau bayiku sudah diletakkan diatas dadaku untuk
dilakukan imd (inisiasi menyusui dini) bayiku tak kunjung bergerak, akhirnya
perawat segera membawanya aku tak melihatnya lagi tapi selang berapa detik aku
mendengar suara tangis bayi, bayiku menangis tanpa terasa air mataku menbanjiri
wajah ini, suamiku menghampiri, "bagaimana mas dedeknya?" tanyaku tak
sabaran, "alhamdulillah sehat lengkap, ganteng, laki-laki, putih,"
katanya bahagia sembari mengambil segala perlengkapan bayi. Karena proses
kelahiran bayi yang agak lama sehingga bayi jado stress didalam kandungan
sampai air.ketubah sudah berwatna keruh, bayiku dibawa keruang khusus bayi, ia
didalam inkubator. Hanya orangtuanya yang diizinkan masuk pada jam2 tertentu
Aku rasa semua ibu pasti memiliki
pengalamannya masing-masing, dan semuanya luar biasa, penuh pengorbanan, isak
tangis dan kebahagiaan. Kita hanya perlu berdoa, bersabar dan berusaha sebaik
mungkin. Terimakasih bagi pembaca sekalian, semoga cerita pengalaman saya yang
penuh dengan kebodohan sehingga banyak hal yang masih harus dipelajari menjadi
bekal dan bermanfaat bagi anda semua